BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti pembahasan dan diskusi materi pembelajaran, sebagai berikut:
- Mahasiswa dapat mengemukakan beberapa hal yang menyebabkan retorika mengalami kemajuan dan kemunduran
- Mahasiswa dapat mengidentifikasi tokoh dan beberapa ajarannya yang turut berjasah dalam meletakkan dasar retorika pada abad V SM
- Mahasiswa dapat menentukan tokoh yang paling berjasah dalam meletakkan dasar retorika sebagai ilmu tersendiri dan mengemukakan alasannya
- Mahasiswa dapat mengemukakan perbedaan antara retorika pada zaman klasik dengan retorika pada masa menjelang abad pertengahan.
Rumusan Masalah
- Kemukakanlah beberapa hal yang menyebabkan retorika mengalami kemajuan dan kemunduran?
- Identifikasikanlah tokoh dan beberapa ajarannya yang turut berjasa dalam meletakkan dasar retorika pada abad V SM!
- Siapakah yang paling berjasa dalam meletakkan dasar retorika sebagai ilmu tersendiri? Kemukakanlah alasan anda!
- Kemukakanlah perbedaan antara retorika pada zaman klasik dengan retorika pada masa menjelang abad pertengahan!
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Retorika Klasik Sampai dengan Retorika Modern
Retorika sebagai salah satu disiplin
ilmu telah berkembang sejak kurang lebih dua ribu tahun yang lampau.
Dengan umur yang demikian, tentu retorika mengalami berbagai
perkembangan. Retorika berkembang dengan pesat saat munculnya
tokoh-tokoh retorika yang memiliki pemikiran yang cemerlang dan
diwujudkannya karya-karya yang besar dibidang retorika. Sebaliknya,
retorika yang memiliki kemerosotan pada saat retorika dipandang sebagai
disiplin ilmu yang kurang bermanfaat, bahkan ada yang meragukan
eksistensinya disiplin ilmu tersendiri. Keadaan yang terakhir itu
menyebabkan retorika mengalami masa suram, tidak ada perkembangan yang
berarti. Munculnya pemikir-pemikir baru menghasilkan wawasan baru
menandakan bahwa retorika mengalami perkembangan yang lancer. Keadaan
seperti itu, juga dialami oleh disiplin ilmu lain.
Pasang surut perkembangan retorika dapat
digambarkan melalui periodisasi perkembangannya mulia dari retorika
klasik sampai dengan retorika modern. Karena keterbatasan waktu, maka
uraian perkembangan tersebut tidak dapat dilakukan secara panjang lebar
melalui tulisan ini. Yang dapat dikemukakan dalam uraian ini hanya
bersifat garis-garis besar periodisasi perkembangan retorika seperti
berikut ini.
Retorika Klasik
Yunani merupakan tempat kelahiran atau
tempat retorika pertama kali diperkenalkan. Hal itu telah disepakati
secara konvensional oleh retoris. Tempat kelahirannya itu tepatnya di
Syracuse, daerah Sisilia, yang diperkirakan pada tahun 476 SM.
Tokoh yang dianggap berjasa kepada
kelahiran retorika adalah Corax. Corax dikenal sebagai seorang ahli
penyusun argument dalam berbagai perdebatan pada lembaga-lembaga
pemerintahan dan hukum pada zaman itu. Dia terkenal dengan doktrinnya
yang disebut doctrin general probability (doktrin tentang
kemungkinan-kemungkinan yang umum). Karena pikirannya yang demikian
cemerlang itu, Corax dijuluki sebagai bapak pendiri retorika. Dan
kemudian pikiran-pikiran Corax itu dikembangkan oleh muridnya, Tissias,
di Yunani.
Selain itu, Corax bersama muridnya,
Tissias, yang pertama kali menyelenggarakan sebuah sekolah tempat
mendidik para tokoh atau wakil rakyat untuk menjadi ahli pidato. Ia
dikenal sebagai guru retorika. Pada sekolah itu terutama diajarkan
retorika dalam pengertian kecakapan berpidato untuk meyakinkan pihak
lain. Pelajaran retorika yang diselenggarakan pada sekolah tersebut
dianggap baik. Sejumlah muridnya yang benar-benar ahli berpidato
berhasil meyakinkan penguasa (pemerintah) tentang kebaikan sistem
pemerintahan demokrasi yang dituntutnya tanpa harus terjadi pertumpahan
darah. Hal itulah yang menjadikan retorika menjadi populer ke seluruh
Yunani terutama di kota Athena.
Dalam perkembangan retorika selanjutnya
(abad V SM), tokoh-tokoh yang memberi perhatian terhadap retorika yang
patut diperhatikan pada saat itu karena ajarannya antara lain; Georgias,
Isokratos, Plato, Aristoteles, Cicero, dan Qintillian. Georgias
terkenal dalam retorika sebagai tokoh yang memperkenalkan pentingnya
bunyi bahasa sebagai unsur yang dapat memperkuat tuturan dalam
mempersuasi.
Isokrates terkenal dalam retorika karena
ia berpendapat bahwa retorika adalah suatu kemampuan seni, suatu proses
kreatif (creative process), dan bukan suatu ilmu yang kaidah-kaidahnya
ketat. Menurut pandangannya, retorika dapat dipelajari sehingga
seseorang dapat menjadi orator. Sehubungan dengan hal itu, Isokrates
mengemukakan bahwa ada tiga unsur yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam belajar retorika, yaitu bakat, pengalaman atau praktik,
dan pendidikan.
Plato adalah seorang bapak filsafat
barat yang sangat terkenal. Keterkenalannya itu disebabkan oleh
kemampuan menerangkan dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam berbagai
hal, antara lain cinta, kebijaksanaan, psikologi, logika, hakikat
realitas, dan retorika. Sebagai seorang filsuf, ia dikenal sebagai
“pembawa kebijaksanaan” dan sebagai guru yang berkeliling berjalan kaki
dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan kebenaran dan
termasuk retorika. Karena itu, ia banyak berjasa dalam penyebarluasan
retorika. Kritikan Plato terhadap retorika termuat dalam buku dialognya
yang berjudul Georgias. Dikemukakannya bahwa retorika adalah:
- Kepandaian atau ketangkasan berbicara untuk menyenangkan dan memuaskan pendengar;
- Cara orang berbicara untuk menjilat saja;
- Perilaku berbahasa yang tidak baik karena merubah pikiran orang lain dengan mengabaikan eksistensi orang lain atau audiens;
- Bukan merupakan kemampuan seni, melainkan hanya merupakan alat saja.
Adapun pikiran/ajaran Plato yang mendukung eksistensi retorika terdiri atas beberapa pandangan.
- Kaidah pertama bagi pembicara yang baik, pembicara harus mengetahui kebenaran dari hal yang dikatakan. Karena, dengan mengetahui kebenaran dia dapat mempersuasi pendengarannya; dari kebenaran dia dapat mempersuasi pendengarannya; dari kebenaran yang dikatakan itu dan dapat pula terhindar dari kebimbiangan.
- Ahli retorika harus mengetahui hal yang dapat atau tidak dapat diperdebatkan. Karena itu, ahli retorika harus seorang ahli logika.
- Prinsip penyusunan dan pengorganisasian wacana diskusi oleh seorang penutur
- Seorang ahli retorika harus mengetahui hakikat manusia. Ia harus mengetahui mengapa seseorang dapat dipersuasi dengan suatu argument tertentu sedangkan orang lain tidak.
- Seorang ahli retorika harus menguasai gaya bahasa dan cara penyajian yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Hal ini dapat dikuasai dengan mempelajarinya secara serius
- Seorang retorika harus mempunyai moral yang luhur. Retorikan adalah alat untuk membuat kebenaran sejati menjadi umum dalam kehidupan masyarakat.
Aristoteles sangat besar pengaruhnya
sebagai tokoh retorika klasik. Pandangan Aristoteles dalam bidang
retorika sangat mendasari. Hakikat retorika menurutnya adalah kemampuan
untuk melihat perangkat persuasi yang terdapat dalam situasi tertentu.
Ditambahkannya pula bahwa retorika merupakan pasangan (counterpart)
dialektika. Retorika dan dialektika merupakan cara menjelaskan suatu
masalah. Retorika berkenaan dengan persuasi dan dialektika berhubungan
dengan penalaran. Keduanya akrab dengan aktivitas kehidupan manusia
dalam bermasyarakat. Selain itu, Aristoteles mengemukakan pula bahwa
retorika adalah kemampuan seni yang mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
- Untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta memberantas kebohongan dan kezaliman
- Untuk menyampaikan informasi dengan cara-cara yang sesuai kepada masyarakat umum;
- Untuk menjamin bahwa tidak ada argument yang terlupakan karena retorika meneliti suatu masalah dari dua sisi; dan
- Untuk mempertahankan diri dari serangan yang tidak adil.
Cicero termasuk pula tokoh retorika klasik. Beberapa ajarannya yang merupakan konsep dasar retorika sebagai berikut:
@ Hanya manusia yang mempunyai bahasa.
Karena itu, seseorang dapat berbeda dengan orang lain karena ia
mempunyai kemampuan berbahasa yang lebih baik.
@ Kemampuan berbicara berfungsi untuk mempersuasi pendengar
@ Retorika terdiri atas beberapa bagian;
- Penemuan (invebtion), yakni penemuan argument yang benar dan memungkinkan untuk diterima;
- Penyusunan (arrangement), yakni distribusi argumen-argumen yang ditemukan dalam suasana tepat;
- Gaya bahasa (style) yakni ketepatan pemakaian gaya bahasa sesuai dengan materi yang ditemukan;
- Ingatan (memory) yakni kemampuan mengingat materi dan bahasa; dan
- Penyajian (delivery), yakni penguasaan unsur bahasa dan gerak anggota badan agar sesuai dengan materi dan ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
@ Ortation atau pidato terdiri atas enam bagian, yaitu;
- Pendahuluan untuk memperoleh perhatian (exordium);
- Penyajian uraian tentang masalah yang diketengahkan (naratio),
- Penyebutan bagian-bagian dari uraian yang disajikan dalam bentuk bab dan sub-sub (partio atau division);
- Argumentasi yang menunjang uraian (conformation);
- Argument untuk menangkis ucapan lawan bicara (refutation); dan
- Kesimpulan uraian disajikan (perotatio).
Quintilian terkenal dalam bidang
retorika, karena ia memiliki konsep yang menyangkut teori dan aspek
pendidikan sekolah. konsep retorika yang dianutnya bertujuan mendidik
ahli pidato yang sempurna. Beberapa konsep dasar teori retorika yang
dianut Quintilian, sebagai berikut;
- Retorika adalah ilmu berbicara yang baik, ahli retorika, lebih khusus ahli berpidato adalah orang yang baik.
- Retorika adalah seni kemampuan berbicara, yang mempunyai cara tersendiri untuk mencapai penguasaan kemampuan berbicara yang baik.
- Retorika dapat dilihat dari aspek seni (seni berbicara) yang baik, seniman (orang yang ahli berpidato yang bertugas menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik, dan karyanya (pembicaraan/penuturan lisan dan tulis).
- Seorang orator adalah perpaduan dari bakat dan pendidikan. Bakat sebagai modal untuk diolah dalam pendidikan
- Seni terdiri atas teori, praktik, dan produksi. Retorika termasuk kategori seni praktik, berkaitan dengan aktivitas dan melalui aktivitas itu dilaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
- Kemampuan berbicara bukanlah hasil dari kegiatan yang bersifat spontan, melainkan dari hasil penelitian, analisis, praktik dan aplikasi
- Kaidah-kaidah dalam retorika tidak beku. Melainkan kaidah-kaidah yang luwes. Pemakaian kaidah retorika disesuaiakan dengan masalah yang disampaikan, waktu dan tempat serta kepentingan hal yang disampaikan.
- Semua aspek bahasa perlu dipelajari
- Seni kemampuan menulis harus dikombinasikan dengan seni kemampuan berbicara.
Retorika Menjelang Abad Pertengahan (50-400)
Retorika pada zaman ini ditandai dengan
perubahan sistem pemerintahan yang berubah dari pemerintahan yang
berbentuk republik menjadi pemerintahan dengan kekuasaan absolute.
Kekuasaan berada di tangan Kaisar. Dengan sistem pemerintahan yang
demikian membuat kebebasan berpikir dan berbicara untuk mempersoalkan
dan memperdebatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan
pemerintahan tidak ada lagi. Hal itu terjadi pula dalam sistem peralan,
yaitu berubah menjadi lebih bersifat teknik dan terbatas. Keadaan yang
demikian mengakibatkan retorika sebagai wahana untuk kegiatan
pemeritahan tidak mempunyai peranan lagi. Peranan retorika hanya
terbatas pada pembicaraan yang bersifat seremonial saja, umumnya
digunakan untuk membicarakan masalah gaya bahasa saja. Dengan demikian,
peranan retorika, baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam peradilan
semakin pudar, sehingga retorika tidak lagi mengalami perkembangan yang
menggembirakan.
Peranan retorika yang masih penting dan
semakin menonjol adalah dalam bidang pertunjukan dan pengembangan agama
Kristen. Sehubungan dengan pengembangan agama Kristen, Agustine
menerangkan bahwa seorang ahli retorika Kristen yang baik adalah seorang
yang mempertahankan kebenaran, memerangi dan membetulkan kesalahan, dan
menjelaskan ayat-ayat dalam kitab suci. Mereka harus memikirkan serta
menyusun ceramah agama dan doa-doa dengan baik. Untuk kepentingan itu
mereka harus menguasai retorika. Jadi, retorika menjelang abad
pertengahan kehilangan peranan utama, terutama dalam bidang pemerintahan
dan bidang peradilan.
Retorika Zaman Modern
Pada awal-awal abad sesudah Masehi,
retorika tidak begitu berkembang. Baru mulai abad ke-17 di Eropa muncul
tokoh-tokoh yang dikenal sebagai orator kenamaan, antara lain Oliver
Cromweil dan Lord Bollingbroke. Cromwell merupakan tokoh retorika
termasyhur pada pertengahan abad ke-17 itu. Retorika biasanya berkembang
pada masa-masa krisis. Demikianlah pula kemunculan Cromwell di Inggris
itu. Dalam mengajarkan teknik retorika, Cromwell mengatakan bahwa dalam
melaksanakan retorika:
- Harus mengulang hal-hal yang penting;
- Harus menyesuaiakn din dengan sikap lawan;
- Bila perlu tidak menyinggung persoalan;
- Harus membiarkan orang-orang menarik kesimpulan sendiri;
- Harus menunggu reaksi;
Tokoh retorika lainnya di Inggris pada
abad ke-17 itu ialah Henry Bollingbroke, yang pernah mengatakan bahwa
bila kekuasaan politik berlandaskan kekuatan fisik; maka retorika
merupakan kekuatan mental. Tokoh lainnya lagi yang terkenal di Inggris
ialah Sir Winston Churchill pada abad ke-20, yakni pada saat-saat Perang
Dunia II berkecamuk. Churchill terkenal karena keberhasilannya dalam
menggerakkan bangsa Inggris, yang mula-mula antiperang, untuk melawan
Nazi Jerman sehingga terbangkitlah keberanian rakyat Inggris. Pada itu
di Jerman, tokoh termasyhur dalam retorika adalah Adolf Hitler, yang
berhasil memukau rakyat Jerman sehingga bersedia melakukan apa pun.
Resep Hilter, dalam retorikanyaialah; mengunggulkan din sendiri;
membusukkan dan menakut-nakuti lawan, kemudian menghancurkan. Hakikat
retorika Hitler adalah senjata psikis untuk memelihara massa dalam
keadaan perbudakan psikis (psychical weapon to maintain in a state of
psychical enslavement).
Hitler tidak saja mencari anggota,
tetapi juga – bahkan ini terutama – mencair pengikut sebanyak-banyaknya.
Bagi Hitler mereka tak perlu sadar, tak usah berpikir, asal ikut saja,
asal bergerak saja, tidak usah semuanya menjadi anggota partai. Demikian
Hitler.
Di Prancis, yang dianggap sebagai
mimbarwan yang terbesar pada abad ke-20 ini adalah Jean Jaures. Jika
Jaures berpidato, para pendengarnya lantas mendapat perasaan cinta akan
semua manusia, seolah-olah ingin memeluk setiap manusia.
Di Amerika Serikat, di antara sekian
banyak orator yang paling termasyhur adalah Abraham Lincoln. Ada sebuah
pidato Lincoln yang paling singkat, tetapi paling besar, karenanya amat
terkenal, yang berbunyi:
Four score and seven year ago our
fathers brought on this continent a new nation, conceived in liberty and
dedicated to the proposition that all men are created equal. Now we are
engaged in a great war, testing whether that nation, or any nation so
conceived and so dedicated can long endure.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami
simpulkan bahwa retorika adalah sebagai salah satu disiplin ilmu yang
telah berkembang sejak kurang lebih dari dua ribu tahun yang lampau. Dan
pasang surut perkembangan retorika dapat dijabarkan melalui periodisasi
perkembangan mulia dari retorika klasik sampai dengan retorika modern,
dan munculnya pemikir-pemikir guru menandakan bahwa retorika mengalami
perkembangan yang lancar.
No comments:
Post a Comment