Wednesday, March 5, 2014

Retorika Moderen

BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti pembahasan dan diskusi materi pembelajaran, sebagai berikut:
  1. Mahasiswa dapat mengemukakan beberapa hal yang menyebabkan retorika mengalami kemajuan dan kemunduran
  2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi tokoh dan beberapa ajarannya yang turut berjasah dalam meletakkan dasar retorika pada abad V SM
  3. Mahasiswa dapat menentukan tokoh yang paling berjasah dalam meletakkan dasar retorika sebagai ilmu tersendiri dan mengemukakan alasannya
  4. Mahasiswa dapat mengemukakan perbedaan antara retorika pada zaman klasik dengan retorika pada masa menjelang abad pertengahan.
Rumusan Masalah
  1. Kemukakanlah  beberapa hal yang menyebabkan retorika mengalami kemajuan dan kemunduran?
  2. Identifikasikanlah tokoh dan beberapa ajarannya yang turut berjasa dalam meletakkan dasar retorika pada abad V SM!
  3. Siapakah yang paling berjasa dalam meletakkan dasar retorika sebagai ilmu tersendiri? Kemukakanlah alasan anda!
  4. Kemukakanlah perbedaan antara retorika pada zaman klasik dengan retorika pada masa menjelang abad pertengahan!
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Retorika Klasik Sampai dengan Retorika Modern
Retorika sebagai salah  satu disiplin ilmu telah berkembang sejak kurang lebih dua ribu tahun yang lampau. Dengan umur yang demikian, tentu retorika mengalami berbagai perkembangan. Retorika berkembang dengan pesat saat munculnya tokoh-tokoh retorika yang memiliki pemikiran yang cemerlang dan diwujudkannya karya-karya yang besar dibidang retorika. Sebaliknya, retorika yang memiliki kemerosotan pada saat retorika dipandang sebagai disiplin ilmu yang kurang bermanfaat, bahkan ada yang meragukan eksistensinya disiplin ilmu tersendiri. Keadaan yang terakhir itu menyebabkan retorika mengalami masa suram, tidak ada perkembangan yang berarti. Munculnya pemikir-pemikir baru menghasilkan wawasan baru menandakan bahwa retorika mengalami perkembangan yang lancer. Keadaan seperti itu, juga  dialami oleh disiplin ilmu lain.
Pasang surut perkembangan retorika dapat digambarkan melalui periodisasi perkembangannya mulia dari retorika klasik sampai dengan retorika modern. Karena keterbatasan waktu, maka uraian perkembangan tersebut tidak dapat dilakukan secara panjang  lebar melalui tulisan ini. Yang dapat dikemukakan dalam uraian ini  hanya bersifat garis-garis besar periodisasi perkembangan retorika seperti berikut ini.
Retorika Klasik
Yunani merupakan tempat kelahiran atau tempat retorika pertama kali diperkenalkan. Hal itu telah disepakati secara konvensional oleh retoris. Tempat kelahirannya itu tepatnya di Syracuse, daerah Sisilia, yang diperkirakan pada tahun 476 SM.
Tokoh yang dianggap berjasa kepada kelahiran retorika adalah Corax. Corax dikenal sebagai seorang ahli penyusun argument dalam berbagai perdebatan pada lembaga-lembaga pemerintahan dan hukum pada zaman itu. Dia terkenal dengan doktrinnya yang disebut doctrin general probability (doktrin tentang kemungkinan-kemungkinan yang umum). Karena pikirannya yang demikian cemerlang itu, Corax dijuluki sebagai bapak pendiri retorika. Dan kemudian pikiran-pikiran Corax itu dikembangkan oleh muridnya, Tissias, di Yunani.
Selain itu, Corax bersama muridnya, Tissias, yang pertama kali menyelenggarakan sebuah sekolah tempat mendidik para tokoh atau wakil rakyat untuk menjadi ahli pidato. Ia dikenal sebagai guru retorika. Pada sekolah itu terutama diajarkan retorika dalam pengertian kecakapan berpidato untuk meyakinkan pihak lain. Pelajaran retorika yang diselenggarakan pada sekolah tersebut dianggap baik. Sejumlah muridnya yang benar-benar ahli berpidato  berhasil meyakinkan  penguasa (pemerintah) tentang kebaikan sistem pemerintahan demokrasi yang dituntutnya tanpa harus terjadi pertumpahan darah. Hal itulah yang menjadikan retorika menjadi populer ke seluruh Yunani terutama di kota Athena.
Dalam perkembangan retorika selanjutnya (abad V SM), tokoh-tokoh yang memberi perhatian terhadap retorika yang patut diperhatikan pada saat itu karena ajarannya antara lain; Georgias, Isokratos, Plato, Aristoteles, Cicero, dan Qintillian. Georgias terkenal dalam retorika sebagai tokoh yang memperkenalkan pentingnya bunyi bahasa sebagai unsur yang dapat memperkuat tuturan dalam mempersuasi.
Isokrates terkenal dalam retorika karena ia berpendapat bahwa retorika adalah suatu kemampuan seni, suatu proses kreatif (creative process), dan bukan suatu ilmu yang kaidah-kaidahnya ketat. Menurut pandangannya, retorika dapat dipelajari sehingga seseorang dapat menjadi orator. Sehubungan dengan hal itu, Isokrates  mengemukakan  bahwa ada tiga unsur yang menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar retorika, yaitu  bakat, pengalaman atau praktik, dan pendidikan.
Plato adalah seorang bapak filsafat barat yang sangat terkenal. Keterkenalannya itu disebabkan oleh kemampuan menerangkan dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam berbagai hal, antara lain cinta, kebijaksanaan, psikologi, logika, hakikat realitas, dan retorika. Sebagai seorang filsuf, ia dikenal sebagai “pembawa kebijaksanaan” dan sebagai guru yang berkeliling berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan kebenaran dan termasuk retorika. Karena itu, ia banyak berjasa dalam penyebarluasan retorika. Kritikan Plato terhadap retorika termuat dalam buku dialognya yang berjudul Georgias. Dikemukakannya bahwa retorika adalah:
  1. Kepandaian atau ketangkasan berbicara  untuk menyenangkan dan memuaskan pendengar;
  2. Cara orang berbicara untuk menjilat saja;
  3. Perilaku berbahasa yang tidak baik karena merubah pikiran orang lain dengan mengabaikan eksistensi orang lain atau audiens;
  4. Bukan merupakan kemampuan seni, melainkan  hanya merupakan alat saja.
Adapun pikiran/ajaran Plato yang mendukung eksistensi retorika terdiri atas beberapa pandangan.
  1. Kaidah pertama bagi pembicara yang baik, pembicara harus mengetahui kebenaran dari hal yang dikatakan. Karena, dengan mengetahui kebenaran dia dapat mempersuasi pendengarannya; dari kebenaran dia dapat mempersuasi pendengarannya; dari kebenaran yang dikatakan itu dan dapat pula terhindar dari kebimbiangan.
  2. Ahli retorika harus mengetahui hal yang dapat atau tidak dapat diperdebatkan. Karena itu, ahli retorika harus seorang ahli logika.
  3. Prinsip penyusunan dan pengorganisasian wacana diskusi oleh seorang penutur
  4. Seorang ahli retorika harus mengetahui hakikat manusia. Ia harus mengetahui mengapa seseorang dapat dipersuasi dengan suatu argument tertentu sedangkan orang lain tidak.
  5. Seorang ahli retorika harus menguasai gaya bahasa dan cara penyajian yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Hal ini dapat dikuasai dengan mempelajarinya secara serius
  6. Seorang retorika harus mempunyai moral yang luhur. Retorikan adalah alat untuk membuat kebenaran sejati menjadi umum dalam kehidupan masyarakat.
Aristoteles sangat besar pengaruhnya sebagai tokoh retorika klasik. Pandangan Aristoteles dalam bidang retorika sangat mendasari. Hakikat retorika menurutnya adalah kemampuan untuk melihat perangkat persuasi yang terdapat dalam situasi tertentu. Ditambahkannya pula bahwa retorika merupakan pasangan (counterpart) dialektika. Retorika dan dialektika merupakan cara menjelaskan suatu masalah. Retorika berkenaan dengan persuasi dan dialektika berhubungan dengan penalaran. Keduanya akrab dengan aktivitas kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Selain itu, Aristoteles mengemukakan pula bahwa retorika adalah kemampuan seni yang mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
  1. Untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta memberantas kebohongan dan kezaliman
  2. Untuk menyampaikan informasi dengan cara-cara yang sesuai kepada masyarakat umum;
  3. Untuk menjamin bahwa tidak ada argument yang terlupakan karena retorika meneliti suatu masalah dari dua sisi; dan
  4. Untuk mempertahankan diri dari serangan yang tidak adil.
Cicero termasuk pula tokoh retorika klasik. Beberapa ajarannya yang merupakan konsep dasar retorika sebagai berikut:
@ Hanya manusia yang mempunyai bahasa. Karena itu, seseorang dapat  berbeda dengan orang lain karena ia mempunyai kemampuan berbahasa yang lebih baik.
@ Kemampuan berbicara berfungsi untuk mempersuasi pendengar
@ Retorika terdiri atas beberapa bagian;
  1. Penemuan (invebtion), yakni penemuan argument yang benar dan memungkinkan untuk diterima;
  2. Penyusunan (arrangement), yakni distribusi argumen-argumen yang ditemukan dalam suasana tepat;
  3. Gaya bahasa (style) yakni ketepatan pemakaian gaya bahasa sesuai dengan materi yang ditemukan;
  4. Ingatan (memory) yakni kemampuan mengingat materi dan bahasa; dan
  5. Penyajian (delivery), yakni penguasaan unsur bahasa dan gerak anggota badan agar sesuai dengan materi dan ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
@ Ortation atau pidato terdiri atas enam bagian, yaitu;
  1. Pendahuluan untuk memperoleh perhatian (exordium);
  2. Penyajian uraian tentang masalah yang diketengahkan (naratio),
  3. Penyebutan bagian-bagian dari uraian yang disajikan dalam bentuk bab dan sub-sub (partio atau division);
  4. Argumentasi yang menunjang uraian (conformation);
  5. Argument untuk menangkis ucapan lawan bicara (refutation); dan
  6. Kesimpulan uraian disajikan (perotatio).
Quintilian terkenal dalam bidang retorika, karena ia memiliki konsep yang menyangkut teori dan aspek pendidikan sekolah. konsep retorika yang dianutnya bertujuan mendidik ahli pidato yang sempurna. Beberapa konsep dasar teori retorika yang  dianut Quintilian, sebagai berikut;
  1. Retorika adalah ilmu berbicara yang baik, ahli retorika, lebih khusus ahli berpidato adalah orang yang baik.
  2. Retorika adalah seni kemampuan berbicara, yang mempunyai cara tersendiri untuk mencapai penguasaan kemampuan  berbicara yang baik.
  3. Retorika dapat dilihat dari aspek seni (seni berbicara) yang baik, seniman (orang yang ahli berpidato yang bertugas menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik, dan karyanya (pembicaraan/penuturan lisan dan tulis).
  4. Seorang orator adalah perpaduan dari bakat dan pendidikan. Bakat sebagai modal untuk diolah dalam pendidikan
  5. Seni terdiri atas teori, praktik, dan produksi. Retorika termasuk kategori seni praktik, berkaitan dengan aktivitas dan melalui aktivitas itu dilaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
  6. Kemampuan berbicara bukanlah hasil dari kegiatan yang bersifat spontan, melainkan dari hasil penelitian, analisis, praktik dan aplikasi
  7. Kaidah-kaidah dalam retorika tidak beku. Melainkan kaidah-kaidah yang luwes. Pemakaian kaidah retorika disesuaiakan dengan masalah yang disampaikan, waktu dan tempat serta kepentingan hal yang disampaikan.
  8. Semua aspek bahasa perlu dipelajari
  9. Seni kemampuan menulis harus dikombinasikan dengan seni kemampuan berbicara.
Retorika Menjelang Abad Pertengahan (50-400)
Retorika pada zaman ini ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan yang berubah dari pemerintahan yang berbentuk republik menjadi pemerintahan dengan kekuasaan absolute. Kekuasaan berada di tangan Kaisar. Dengan sistem pemerintahan yang demikian membuat kebebasan berpikir dan berbicara untuk mempersoalkan dan memperdebatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintahan tidak ada lagi. Hal itu terjadi pula dalam sistem peralan, yaitu berubah menjadi lebih bersifat teknik dan terbatas. Keadaan yang demikian mengakibatkan retorika sebagai wahana untuk kegiatan pemeritahan tidak mempunyai peranan lagi. Peranan retorika hanya terbatas pada pembicaraan yang bersifat seremonial saja, umumnya digunakan untuk membicarakan masalah gaya bahasa saja. Dengan demikian, peranan retorika, baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam peradilan semakin pudar, sehingga retorika tidak lagi mengalami perkembangan yang menggembirakan.
Peranan retorika yang masih penting dan semakin menonjol adalah dalam bidang pertunjukan dan pengembangan agama Kristen. Sehubungan dengan pengembangan agama Kristen, Agustine menerangkan bahwa seorang ahli retorika Kristen yang baik adalah seorang yang mempertahankan kebenaran, memerangi dan membetulkan kesalahan, dan menjelaskan ayat-ayat dalam kitab suci. Mereka harus memikirkan serta menyusun ceramah agama dan doa-doa dengan baik. Untuk kepentingan itu mereka harus menguasai retorika. Jadi, retorika menjelang abad pertengahan kehilangan peranan utama, terutama dalam bidang pemerintahan dan bidang peradilan.
Retorika Zaman Modern
Pada awal-awal abad sesudah Masehi, retorika tidak begitu berkembang. Baru mulai abad ke-17 di Eropa muncul tokoh-tokoh yang dikenal sebagai orator kenamaan, antara lain Oliver Cromweil dan Lord Bollingbroke. Cromwell merupakan tokoh retorika termasyhur pada pertengahan abad ke-17 itu. Retorika biasanya berkembang pada masa-masa krisis. Demikianlah pula kemunculan Cromwell di Inggris itu. Dalam mengajarkan teknik retorika, Cromwell mengatakan bahwa dalam melaksanakan retorika:
  1. Harus mengulang hal-hal  yang penting;
  2. Harus menyesuaiakn din dengan sikap lawan;
  3. Bila perlu tidak menyinggung persoalan;
  4. Harus membiarkan orang-orang menarik kesimpulan sendiri;
  5. Harus menunggu reaksi;
Tokoh retorika lainnya di Inggris pada abad ke-17 itu ialah Henry Bollingbroke, yang pernah mengatakan bahwa bila kekuasaan politik berlandaskan kekuatan fisik; maka retorika merupakan kekuatan mental. Tokoh lainnya lagi yang terkenal di Inggris ialah Sir Winston Churchill pada abad ke-20, yakni pada saat-saat Perang Dunia II berkecamuk. Churchill terkenal karena keberhasilannya dalam menggerakkan bangsa Inggris, yang mula-mula antiperang, untuk melawan Nazi Jerman sehingga terbangkitlah keberanian rakyat Inggris. Pada itu di Jerman, tokoh termasyhur dalam retorika adalah Adolf Hitler, yang berhasil memukau rakyat Jerman sehingga bersedia melakukan apa pun. Resep Hilter, dalam retorikanyaialah; mengunggulkan  din sendiri; membusukkan dan menakut-nakuti lawan, kemudian menghancurkan. Hakikat retorika Hitler adalah senjata psikis untuk memelihara massa dalam keadaan perbudakan psikis (psychical weapon to maintain in a state of psychical enslavement).
Hitler tidak saja mencari anggota, tetapi juga – bahkan ini terutama – mencair pengikut sebanyak-banyaknya. Bagi Hitler mereka tak perlu sadar, tak usah berpikir, asal ikut saja, asal bergerak saja, tidak usah semuanya menjadi anggota partai. Demikian Hitler.
Di Prancis, yang dianggap sebagai mimbarwan yang terbesar pada abad ke-20 ini adalah Jean Jaures. Jika Jaures berpidato, para pendengarnya lantas mendapat perasaan cinta akan semua manusia, seolah-olah ingin memeluk setiap manusia.
Di Amerika Serikat, di antara sekian banyak orator yang paling termasyhur adalah Abraham Lincoln. Ada sebuah pidato Lincoln yang paling singkat, tetapi paling besar, karenanya amat terkenal, yang berbunyi:
Four score and seven year ago our fathers brought on this continent a new nation, conceived in liberty and dedicated to the proposition that all men are created equal. Now we are engaged in a great war, testing whether that nation, or any nation so conceived and so dedicated can long endure.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa retorika adalah sebagai salah satu disiplin ilmu yang telah berkembang sejak kurang lebih dari dua ribu tahun yang lampau. Dan pasang surut perkembangan retorika dapat dijabarkan melalui periodisasi perkembangan mulia dari retorika klasik sampai dengan retorika modern, dan munculnya pemikir-pemikir guru menandakan bahwa retorika mengalami perkembangan yang lancar.

No comments:

Post a Comment