Wednesday, March 5, 2014

Sejarah Retorika Pada Zaman Yunani

Menurut sejarah perkembanganya, retorika mula-mula tumbuh dan berkembang di Yunani pada abad ke V dank e VI sebelum masehi. Menurut pengertianya yang asli, retorika adalah sebuah telaah atau studi yang simpatik mengenai oratoria atau seni berpidato. Kemampuan dan kemahiran bahasa pada waktu itu diabdikan untuk menyampaikan pikiran dan gagasan melalui pidato-pidato kepada kelompok-kelompok massa tertentu guna mencapai tujuan tertentu.
Orang yang pertama dianggap memperkenalkan oratori atau seni berpidato adalah orang Yunani Sicilia. Tetapi tokoh pendiri sebenarnya adalah Corax dari Sirakusa (500 SM). Inilah yang mula-mula meletakkan sistematika oratori atas lima bagian, yaiutu:
(1) Proem atau pengantar dari pidato yang akan disampaikan
(2) Diegesis atau narration: bagian yang mengandung uraian tentang pokok persoalan yang akan dikemukakan .
(3) Agon atau argument: bagian pidato yang mengemukakan bukti-bukti mengenai pokok persoalan yang dikemukakan itu.
(4) Parekbasis atau digression: catatan pelengkap yang mengemukakan keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan persoalan tadi
(5) Peroration: bagian penutup pidato yang mengemukakan kesimpulan dan saran-saran.
Sudah sejak permulaan perkembangan retorika timbul perbedaan pendapat (Icontroversiae, kontroversi) mengenai beberapa hal yang menyangkut retorika. Kontroversi tersebut mrnyangkut persoalan pemakaian unsur stilistika, maslah hubungan antara retorika dan moral, dan masalah pendidikan.
Kontroversi pertama menyangkut persoalan : apakah perlu mempergunalkan unsur-unsur stilistika dalam pidato-pidato. Ada tiga aliran, yuaitu yangt menyetujui penggunaan unsure stilistika, yang menolak dan yang berada diluar kedua aliran pertama
Gorgias dari liontini, yang mula-mula memperkenalkan retorilka pada orang Athena( sekitar 427 SM), berpendapat bahwa perlu menggunakan upaya-upaya stilistika dalam retorika. Sebab itu gaya yang digunakan untuk pidato penuh dengan upaya-upaya stilistika: epitet-epitet penuh hiasan, anti tese-antitese, terminasi (akhir kata) yang penuh ritmis dan bersajak. Nilai antitese-antitese tersebut dapat dilihat kelak dalam pidato maupun narasi historis dari Thucydides, dan dalam argumentasi yang berbentuk sandiwara karangan Euripides. Pemakaian unsur stilistika yang berlebihan ini kjemudian menimbulkan reaksi yang keras dan dengan sendirinya melahirkan aliran yang kedua. Aliran ke dua ini menghendaki suatu bentuk gaya yang sederhana, seperti karya yang tampak pada lysias. Sebenaranya kedua aliran ini mencari criteria bagi keunggulan karya mereka dalam hal: kejelasan, kesan, kepatutan, keindahan dan kemunian bahasa. Seoran tokoh lain yang berada diluar kedua tokoh tesebut adalah Isocrates. Sedangkan Demosthenes berusaha untuk mempertemukan kedua belah pihak yang bertentangan itu.
Kontroversi kedua menyangkut relasi antara retorika dan moral: apakah alam pidato juga diinahkan masalah moral.
Dalam poidato biasanya tidak dikmukakan pembuktian-pembuktian secara ilmiah. Pidato lebih banyak berbicara mengenai kemungkinan-kemungkinan, karena pendengar biasanya adalah orang-orang yang tidak berpendidikan, atau orang yang tidak senang mendengarkan pidato. Sebab itu gorgias perpendirian bahwa seorang orator harus menyampaikan bukti-bukti baik mengenai keadilan maupun ketidakadilan dengan cara yang sama baik. Ia berpendapat bahwa rtorika merupakan alat yang mubazir (amoral)., pendirian ini dikecam oleh lawan-lawanya yang beranggapan bahwa kemampuan oratoris memiliki suatu ciri moral yang essensial karena kebenaran dan keadilan member kemungkinan yang paling baik bagi persuasi. Pandangan terakhir ini kemudian diperkuat oleh aistoteles. Pandangan ini memberikan sumbangan yang besar dalam bidang teori, namun kenyataan yang dihadapi ialah bahwa kemahiran seorang orator telah member perimbangan yang berlawanan bagi persuasi, sebab itu pengauh georgias tetap bertahan juga sampai jaman renaissances.
Kontroversi yang ketiga yang juga sudah muncul sejak permulaan perkembangan retorika adalah masalah pendidikan. Kontroversi yang kedua mempunyai kaitan dengan kontroversi yang ketiga ini. Ahli-ahli retorika yang mempunyai tanggungjawab moral dalam retorika, mengkritik rekan-rekan mereka yang mencoba memperoleh keuntungan dalam profesi mereka, terutama dlam pengadilan. Akibatnya mereka juga tidak mencapai kata sepakat untuk topic manasaja yang harus dimasukkan kedalam mata pelajaran retorika dipusat-pusat pendidikan. Isocrates misalnya (pertengahan abad ke-IV SM) berpendapat bahwa aspek-aspek politik dapat dimasukkan dalam pelajran retorika. Pendapatnya ini dituangkan dalam karyanya antidosis. Karangan plato (1428-348 SM) gorgias dan Phaedrus membicarakan juga topic yang dipertentangkan itu. Gorgias membicarakan masalah etika dan politik, sedang Phaedrus membicarakan etika dan mistik. Dalam Phaedrus karya plato, Socrates memaklumkan bahwa retorika adalah suatu seni yang dangkal yang dapat memperoleh nilai kalau amatanya mengambil dalam alam bagian filsafat.
Terlepas dari semua pendapat dan kontroversi tersebut diatas, perlu dikemukakan bahwa karya yang terkenal dari jaman yunani kuno ini adalah karya aristoteles (384-322 SM) yang bejudul rethorika. Dalam karya ini aristoteles mengumumkan bahwa logika formal adalah dasar yang tepat bagi pidato yang jujur dan efektif baik dalam dawn legislatif maupun di pengadilan. Dalam buku ini ia membedakan tiga jenis pidato yang didasarkan pada pendngarnya, yaitu: (1) pidato yudisial (legal) atau forensic, yaitu pidato mengenai perkara dipengadilan mengenai apa yang telah terjadi dan tidak pernah terjadi. Pendengarnya para hakim atau yuri dalam suatu mahkamah pengadilan; (2) pidato deliberative atau politik (suasoria), yaitu pidato yang berisi nasehat yang disampaikan para penasehat mengenai hal-hal yang patut atau tidak patut dilaksanakan. Para pendengar adalah anggota badan legislatif atau eksekutif; (3) pidato epideiktik atau demonstrative, yaitu pidato-pidato baik untuk pementasan, ucapan-ucapan ibadah maupun bukan ibadah biasanya berisi kecaman atau pujian mengenai hal-hal yang terjadi sekarang.

No comments:

Post a Comment